PALANGKA RAYA – Perhelatan acara Festival Budaya ‘Pumpung Hai’, yang telah dilaksanakan beberapa hari ini, dari tanggal 27 hingga 31 Agustus 2022, telah berjalan dengan berbagai macam kegiatan, hingga tadi malam, acara penutupan dilaksanakan dengan menampilkan acara hiburan panggung, di Komplek Pameran Temanggung Tilung, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Pergelaran pekan seni budaya ini, merupakan yang pertama kali, paska Pandemi Covid 19 melanda daerah ini, kalteng, sehingga masyarakat sangat haus akan event – event seperti yang telah dilaksanakan.
Baca juga:
Etu Boawae, Tinju Adat Bergengsi di Nagekeo
|
Dibalik kegiatan Festival Budaya ‘Pumpung Hai’, ada sedikit memperlihatkan bagaimana acara kebudayaan parade 1000 Dohong, sangat dicintai segenap masyarakat adat Dayak Kalteng, tak terkecuali untuk anak - anak.
Sosok bocah 9 Tahun kelas IISD, George MB Hokman, yang menjadi daya tarik Panitia Festival Budaya ‘Pumpung Ha'. Dengan penampilan dan busana berbeda dari peserta parade lainnya. Busana yang dibawakannya, mencirikan khas masyarakat adat Dayak Kalteng, serta tidak ketinggalan senjata pusaka ‘Dohong' dibawakannya.
George MB Hokman, adalah anak dari Sekjen Kerukunan Utus Damang Bahandang Balau (KUDBB) Kalimantan Tengah, Meiji BH Itok dan ibunya bernama Riyanti. Saat ini, George bersekolah di SDN 9 Langkai Kota Palangka Raya. Pada pekan budaya Parade 1000 Dohong, panitia kegiatan memasukan namanya sebagai nominasi terbaik yang berhak mendapatkan piagam penghargaan dan uang pembinaan.
“Saya bangga dan berterima kasih atas Anugerah penghargaan yang diberikan kepada George, oleh panitia acara. Hal ini tentunya tak terlepas juga atas kecintaannya terhadap kebudayaan dayak yang melekat pada dirinya, sejak kecil, ” kata ayahnya, Meiji BH Itok.
Meiji menceritakan, Geroge adalah binaan dari Kerukunan Utus Damang Bahandang Balau Kalimantan Tengah, dan pada dirinya, ditanamkan kecintaan pada kebudayaan yang dimiliki oleh orang tuanya dan para leluhurnya.
Hal ini, menurutnya untuk mencerminkan siapa sebenarnya jati dirinya kelak dan sebagai generasi penerus kebudayaan yang harus dia jaga, apalagi saat ini era modernisasi yang sangat berpengaruh akan generasi saat ini.
"Ini untuk dia kedepannya, agar bisa memahami kebudayaannya sejak kecil, tanpa mengesampingkan pelajaran Formalnya di sekolah, " kata Meiji.
Sementara itu, panitia acara Festival Budaya ‘Pumpung Hai', menilai peserta dari keserasian busana yang dipakainya serta penilaian utama, senjata pusaka milik masyarakat Dayak, 'Dohong' dan juga partisipasinya dalam pekan parade 1000 Dohong. Panitia Festival, mengapresiasi semua peserta yang turut dalam Event itu,
Penilaian peserta, kepada George MB Hokman, adalah sangat beralasan, sebab bocah yang masih kecil bisa memotivasi generasi selanjutnya, agar diharapkan kedepannya, bahwa kebudayaan yang dimiliki para leluhur terdahulu, baik berupa senjata khas, seperti Dohong bisa dilestarikan re generasi.
Dohong adalah senjata pusaka yang dimiliki masyarakat adat Dayak Kalteng, selain Mandau. Senjata khas dayak ini, merupakan warisan budaya yang telah lama agak sedikit terlupakan bagi segelintir masyarakat adat Dayak Kalteng. Sebelum adanya senjata Mandau, zaman dahulu para leluhur lebih akrab menggunakan senjata Dohong.
‘Sejak kecil, saya ajarkan anak saya George kebudayaan Dayak, baik itu leluhur dan senjata – senjata yang dimilki para leluhurnya zaman dulu. Termasuk tokoh adat, Damang Bahandang Balau, yang terkenal sebagai sosok yang arif dan bijaksana serta memiliki kemampuan yang sakti pada zamannya, ” ungkap ayah George ini.
Puncaknya, minggu malam 31 Juli 2022 panitia Festival ‘Pumpung Hai’ melaksanakan acara terakhir, penutupan rangkaian acara dan memberikan piagam penghargaan serta uang pembinaan kepada para peserta acara yang menjuarai lomba, seperti silat tradisional dayak dan parade 1000 Dohong.
"Tidak menduga dapat hadiah, saya sangat senang dan bangga bisa hadir dalam Festival 1000 Dohong ini, " kata Geroge terbata - bata senang.