Politik - DPT Pemilu 2024 di Pesisir Selatan tercatat sebanyak 380.622 pemilih dengan rincian 189.263 pemilih laki-laki dan 191.359 pemilih perempuan dari total 514 ribu jiwa penduduk. Untuk Provinsi Sumatera Barat, DPT Pemilu Tahun 2024 mencapai 4.088.606 jiwa, dengan perincian 2.207.360 pemilih laki-laki dan 2.061.246 pemilih perempuan. DPT Pessel menyumbang 9.31?ri total DPT Provinsi Sumbar, angka yang signifikan untuk sebuah wilayah dalam konteks politik.
Sebaran DPT Berdasarkan data dari KPUD Pesisir Selatan dari 15 kecamatan antara lain :
1. Kecamatan Lengayang : 47.514
2. Kecamatan Sutera : 42.587
3. Kecamatan Koto XI Tarusan : 39.821
4. Kecamatan IV Jurai : 38.507
5. Kecamatan Linggo Sari Baganti : 37.468
6. Kecamatan Bayang : 31.922
7. Kecamatan Batang Kapas : 27.168
8. Kecamatan Ranah Pesisir : 26.127
9. Kecamatan Pancung Soal : 18.634
10. Kecamatan Lunang : 16.470
11. Kecamatan Air Pura : 13.655
12. Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan : 11.542
13. Kecamatan Silaut : 11.463
14. Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan : 11.403
15. Kecamatan IV Nagari Bayang Utara : 6.341
Banyaknya DPT ini ternyata masyarakat Pessel belum mampu mengatarkan satupun putra asli daerahnya pada tahun 2024 untuk duduk disenayan Menjadi Anggota DPR RI Periode 2024-2029, nama-nama yang saya kenal.
1. H. Darizal Basir, S.sos ( Demokrat)
2. Dr.H.Alirman Sori, SH., M.Hum, MM (Golkar),
3. Dr.Hj.Lisda Hendrajoni, SE., MMTr (Nasdem),
4. Dedi Rahmanto Putra (PKN),
5. Apt.Rudy Ardiyansyah, S.Si (PAN),
6. Drs. Zulhendri ( Hanura),
7. Zahra Mardiah Anwar (PDIP),
Kondisi politik di Pesisir Selatan saat ini memerlukan perenungan serius, terutama bagi warganya yang memilih. Figur-figur politik seperti H. Darizal Basir, S.sos (Demokrat), Dr. H. dan Dr. Alirman Sori, SH., M.Hum, MM (Golkar) yang bukanlah nama-nama baru di Senayan, tentunya memahami dengan baik tautan kebermanfaatan bagi Pessel malah tidak mendapat kesempatan duduk kembali, ini tentu kerugian besar bagi Pessel.
Nama-nama lain, menurut penilaian saya, memang layak tidak terpilih mengingat kiprah mereka yang masih bersifat lokal di Pessel. Dengan terpilihnya Dr.Hj. Lisda Hendrajoni, SE., MMTr (Nasdem) yang merupakan menantu bagi warga Pessel dan bukan putra asli Pessel, serta berasal dari partai rival penguasa, ini harus di perlu di ambil pelajaran. Berarti nanti Lisda tidak memiliki rekan sejawat di Senayan yang berasal dari putra asli Pessel atau dari partai berkuasa. Selain itu, sebagai anggota DPR RI, ia juga harus memperhatikan dengan baik kabupaten lain dalam dapilnya untuk lima tahun ke depan.
Kita tau sesuai UU No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD bahwa, DPR RI itu memiliki 3 Fungsi Pokok, Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan.
Terkait fungsi Legislasi DPR RI yang penting buat daerah adalah menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas) dan Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah).
Terkait dengan fungsi anggaran DPR RI yang penting buat daerah adalah memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak, pendidikan dan agama.
Baca juga:
Mudik dan Ekonomi Kerakyatan
|
Terkait dengan fungsi pengawasan DPR RI yang juga penting untuk daerah adalah membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD (terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama)
Selain itu dengan hanya terpilih satu orang dana aspirasi juga akan berkurang mengucur ke Pessel, mungkin ada yang berfikir kan ada anggota dewan sumbar lainnya, dapat kita pahami bahwa Falsafah Minang Tagak Kampuang Bela Kampuang, setiap wakil Rakyat akan Fokus Membela kampungnya terlebih dahulu, secara nasional wakil rakyat Sumbar akan bela sumbar tapi implementasi dilapangan sumbar yang mana pastilah Tagak Nagari Bela Nagari.
Mengamati kondisi saat ini, dapat disimpulkan bahwa Pesisir Selatan kekurangan tokoh yang memiliki empat T (Tokoh, Takah, Tageh, dan Tokeh) untuk menyatukan masyarakat.
Dengan Pilkada yang sebentar lagi akan diadakan, semoga ketidak cermatan keputusan politik yang masih berpikir secara lokal dan primordial, yang sering menimbulkan perpecahan, tidak akan terus berkembang dan dipertahankan oleh calon-calon yang maju. Harus dihindari kerugian yang sama untuk kedua kalinya, seperti pepatah yang mengatakan bahwa hanya keledai yang masuk ke lubang yang sama dua kali.
Ke depan, masyarakat harus memilih kepala daerah dengan mempertimbangkan latar belakang kompetensi yang dimiliki, termasuk kemampuan melobi ke pemerintah pusat, mengingat Pessel hanya memiliki satu anggota dewan di Senayan. Jangan terpesona oleh penampilan gagah, mobil mewah, atau senyum manis semata. Hindari memilih pemimpin yang lemah dalam komunikasi publik, kurang memahami struktur APBD dan APBN, dan hanya fokus pada pembangunan fisik yang seringkali mudah terlibat suap dari kontraktor.
Evaluasi secara mendalam gagasan yang ditawarkan oleh para kandidat dalam debat publik. Jangan menjadi pendukung yang buta, karena kebijakan yang mereka terapkan akan kita rasakan bersama keluarga dan kerabat dalam lima tahun mendatang.
Mengingat Pessel membutuhkan pemulihan pasca bencana, diperlukan kepala daerah yang kreatif, mampu menjalin komunikasi dengan pemerintah pusat, bekerja sama dengan provinsi dan semua anggota dewan di Senayan asal Sumatera Barat, serta dapat merangkul para perantau dari seluruh dunia. Kepala daerah yang ideal bukanlah orang yang introvert, merasa paling pintar, atau menganggap diri sendiri sebagai superman.